Ilmuan Temukan Samudra di Bawah Permukaan Bumi
ilmuan temukan samudra di bawah permukaan bumi
Illinois, MISTAR.ID
Ilmuwan dari Northwestern University di Evanston, Illinois, secara tak terduga menemukan samudra di bawah permukaan Bumi yang sangat besar. Samudra tersebut diketahui sekitar 700 km.
Menurut laporan Times of India pada Selasa (9/4/24), sumber air bawah tanah ini diyakini memiliki dimensi yang luar biasa besar, diperkirakan tiga kali lebih besar dibandingkan seluruh lautan di planet ini.
Penemuan ini terjadi saat para ilmuwan sedang melakukan penelitian untuk menemukan sumber air di bumi. Mereka menemukan samudra tersembunyi yang terkunci dalam batuan ringwoodite berwarna biru, yang dapat mengubah pemahaman manusia tentang asal-usul air di planet ini.
Baca juga: Menyingkap Rahasia Lubang Gravitasi di Samudra Hindia
Ukuran besar dari samudra bawah tanah ini mendorong untuk melakukan evaluasi ulang terhadap siklus air di bumi. Jika terbukti, penemuan ini bisa mengubah kepercayaan selama ini menyebutkan bahwa air di lautan berasal dari air di inti bumi.
“Ini adalah bukti signifikan yang mendukung gagasan bahwa air di bumi berasal dari dalam bumi,” kata pemimpin penelitian, Steven Jacobsen dari Northwestern University.
Untuk menemukan keberadaan samudra ini, para peneliti menggunakan sekitar 2.000 seismograf yang tersebar di seluruh Amerika Serikat. Instrumen tersebut menganalisis gelombang seismik dari lebih dari 500 gempa bumi secara sistematis.
Ketika gelombang tersebut melintasi bagian dalam bumi, termasuk intinya, gelombang-gelombang itu melambat saat melewati batuan yang lembab, menunjukkan adanya reservoir air yang luas.
Jacobsen menjelaskan bahwa pentingnya penahanan air di dalam bumi adalah untuk menjaga agar air tetap berada di bawah permukaan bumi, sehingga tidak menyebabkan banjir di permukaan bumi.
Baca juga: Es Samudra Antartika Mencair dengan Cepat Memperburuk Perubahan Iklim
Dengan temuan terobosan ini, para peneliti berharap dapat mengumpulkan data seismik tambahan secara global untuk memverifikasi prevalensi cairan di mantel bumi.
“Temuan ini berpotensi mengubah pemahaman kita tentang siklus air di planet ini, memberikan wawasan baru tentang proses fundamental yang terjadi di Bumi,” tutupnya. (mtr/hm20)